SEJARAH BERDIRINYA
Mengingatkan kembali akan sejarah berdirinya Wahdatul Ummah Metro. Beberapa orang dari kami yang terdiri dari H. Rafiudin Rawit, Agus Wibowo, Hayumi, Yulianto, Buyung Pranajaya, dan Sidik Purnomo pada akhir tahun 1992 menerima wakaf tanah yang terletak di Kelurahan Yosodadi saat itu, dengan luas 1130 M2 berikut bangunan di atasnya dari bapak H. Sumarna dan Ibu Hj. Rodiyah.
Kemudian kami berembuk untuk membuat yayasan yang kemudian kami beri nama Yayasan Wahdatul Ummah berdasarkan Akta Notaris : H. Imran Ma’aruf, SH. No. 89 Tahun 1993. Nama Wahdatul Ummah kami pilih mengingat saat itu masyarakat Lampung Tengah masih terkotak-kotak dalam golongan dan paham organisasi yang berkembang saat itu. Dan bapak H. Rafiudin Rawit ditunjuk sebagai Ketua Yayasannya. Yayasan tersebut bergerak di bidang Pesantren, Dakwah, Sosial dan Pendidikan.
Langkah awal Yayasan Wahdatul Ummah pada waktu itu pada tahun 1993 kami membuka Ma’had Ali (Pesantren Mahasiswa) Wahdatul Ummah. Sebagai cikal bakal pembekalan keilmuan bagi kader kader dakwah keislaman.
Pada tahun 1994 Yayasan Wahdatul Ummah mendirikan Taman Kanak-Kanak Al Qur’an Wahdatul Ummah, dengan murid murid dari anak pengurus yayasan dan tetangga disekitar Yayasan. Pada tahun ini pula Yayasan Wahdatul Ummah membuka Belajar Al Qur’an untuk anak anak di Yosodadi yang belajar di malam hari setelah maghrib.
Pada tahun 1996 Yayasan Wahdatul Ummah kedatangan seorang mahasiswa dari LIPIA Jakarta, yaitu Satriawan Muhammad Ainun, yang membuat kegiatan semakin banyak kita lakukan untuk mendidik mahasiswa belajar di Pesantren Wahdatul Ummah, dan memberi inspirasi bagi santri yang belajar di Wahdatul Ummah untuk melanjutkan pendidikan di LIPIA Jakarta.
Diantara Santri ada yang diterima belajar di LIPIA Jakarta, seperti Pirngadi, Badruddin, Mustofa dan lainnya. Kegiatan santri dilanjutkan juga dengan kegiatan Dauroh keislaman dan dauroh lughoh persiapan untuk masuk di LIPIA dibimbing oleh mahasiswa LIPIA. Yayasan juga pernah mengadakan mengadakan Dauroh keislaman bekerjasama dengan World Assembly Moslem Youth (WAMY) yang mendatangkan pemateri atau syekh dari arab saudi yang kegiatan tersebut difasilitasi jaringan santri Yayasan wahdatul Ummah yang saat itu sedang kuliah Universitas Islam Madinah.
Pada tahun 2002 Yayasan Wahdatul Ummah membeli sebidang tanah seluas 1680 M2 dari bapak Wagiman, yang kemudian dibangun Masjid di atasnya (Tahun 2006) yang pembangunan tersebut semakin membuat semarak dakwah keislaman di Yayasan Wahdatul Ummah.
Atas desakan masyarakat dan wali santri tahun 2004 Yayasan Wahdatul Ummah mendirikan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Wahdatul Ummah sebagai kelanjutan jenjang pendidikan dari TK dan PAUD yang sudah ada lebih dahulu di Yayasan Wahdatul Ummah, diawali dari 1 ruang kelas kecil sebanyak 11 orang siswa dan pada saat ini (Tahun 2020) sudah berkembang menjadi 24 Rombel dengan siswa sebanyak 770 orang.
Pada Tahun 2007 untuk menyesuaikan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia yaitu Undang Undang Nomor 16 tahun 2001 yang kemudian dirubah menjadi Undang Undang Nomor 28 Tahun 2004 yang mengatur tentang Yayasan dan seiring dengan mundurnya beberapa pendiri yaitu Sidiq Purnomo dan Buyung Pranajaya, maka Yayasan melakukan perubahan Anggaran Dasar Yayasan melalui Akta Notaris Mohamad Arif Soeharnoko, SH. Nomor 41 Tahun 2007 dan dirubah lagi dengan Akta Notaris Mohamad Arif Soeharnoko, SH Nomor 27 Tahun 2014 dengan nama yang baru menjadi Yayasan Wahdatul Ummah Metro.
Organ Yayasan Wahdatul Ummah terdiri dari Pembina Ketua H. Rafiuddin Rawit, dengan anggota H. Agus Wibowo, H. Nasrianto, H. Sujadi, Kemudian Pengurus adalah Ketua H. Hayumi. Sekretaris Sapto Nugroho, Bendahara Kasiman, Ketua 1 Pirngadi, Ketua 2 Heriyanto. Sedangkan Pengawas adalah Ketua Yulianto, anggota adalah H. Wasis Riyadi
Perkembangan Yayasan Wahdatul Ummah semakin menggembirakan dengan merger TK Farras yang kemudian menjadi Taman Kanak kanak Islam Terpadu (TKIT) di Kampus II WU (Tahun 2013) ditambah lagi mendapat tanah wakaf di Yosodadi yang di bangun Masjid Abu Bakar (Tahun 2016) sebagai cikal bakal Pesantren Mahasiswa WU sebagai Kampus III WU.
Selanjutnya Yayasan Wahdatul Ummah mendirikan Sekolah Menengah Islam Terpadu (SMPIT) Wahdatul Ummah (Tahun 2017) di Kampus IV di Tejosari 24 Metro.
Pada Tahun 2019 yayasan Wahdatul Ummah melakukan Pembaruan Organ Yayasan Seiring dengan Meninggalnya H. Rafiuddin Rawit, BA, yang perubahan tersebut di kukuhkan dengan Akta Notaris Mohamad Arif Soeharnoko, SH Nomor 75 Tahun 2019, maka Ketua Pembina kemudian digantikan H. Agus Wibowo, SPdI, MM, sedangkan Anggota Pembina adalah Yulianto, SE. M.Pd.I dan Drs H. Sujadi, M.Pd.I, Sedangkan Pengurus Yayasan adalah Drs. H. Hayumi, M.Pd.I, Wakil Ketua Drs. H. Nasrianto S, M.AP, Sekretaris Sapto Nugroho, MH. Bendahara Suharto, A.Md, Ketua 1 Kasiman, M.Pd,I, Ketua 2 H. Pirngadi, Lc, M.Sy, Ketua 3 Heriyanto, A.Md. Sedangkan Pengawas Yayasan adalah Dr. H. Nadirsah Hawari, Lc, MA, dan anggota H. Wasis Riyadi, S.Sos, MH.
Perbaikan terhadap Yayasan Wahdatul Ummah akan terus dilakukan sebagai suatu kebutuhan, dengan disusunnya Anggaran Rumah Tangga Yayasan yang baru ini. Sebagai suatu amanah dari Ustadz Rafiuddin Rawit, BA, dimana Beliau senantiasa berpesan agar menjaga Yayasan Wahdatul Ummah ini sebagai milik ummat jangan sampai dimiliki secara pribadi sebagaimana yayasan lainnya.